Kamis, 24 Maret 2016

LAPORAN UJI AKTIVITAS ENZIM

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Disusun Oleh :
Nama                               : Suman Maruli Tua.M
NPM                                : E1G013068
Prodi                                : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok                        : 1 (Satu)
Hari / jam                         : Rabu / 12:00-13:40
Tanggal                            :  10 Desember 2014
Ko-Ass                            : 1. Rohmat Fauzi
                                          2. Weka M Bangun
Dosen                              : 1. Hasan B. Daulay, Drs., MS
                                          2. Devi Silsia, Dra., M.Si
                                          3. Fitri Electrika Dewi S., STP, M.Sc
Objek Praktikum             : UJI AKTIVITAS ENZIM



LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Enzim adalah suatu kelompok protein yang menjalankan dan mengatur perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologi. Zat ini dihasilkan oleh organ-organ hewan dan tanaman, yang secara katalitik menjalankan berbagai reaksi seperti pemecahan hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerisasi, adisi, transfer radikal dan pemutusan rantai karbon. Kebanyakan enzim yang terdapat di dalam alat atau organ dari organisme berupa larutan koloidal dalam cairan tubuh seperti air ludah, darah, cairan lambung, dan cairan pancreas. Enzim terdapat di bagian dalam sel, berkaitan dengan protoplasma. Enzim juga terdapat dalam mitokondria dan ribosom. Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.
Aktivitas katalis yang dimiliki enzim merupakan alat ukur yang selektif dan sensitif terhadap aktivitas enzim. Aktivitas enzim dapat diamati dari sisa substrat, pH, suhu, dan indikator. Faktor yang mempengaruhi pengukuran aktivitas enzim antara lain konsentrasi enzim dan substrat, suhu, pH, dan indikator. Aktivitas enzim meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu, laju berbagai proses metabolisme akan naik sampai batasan suhu maksimal. Sebagian besar enzim suhu optimalnya berada diatas suhu dimana enzim itu berada.
Aktivitas enzim maksimal diperoleh pada pH optimal, untuk saliva (enzim amilase) pHnya 7. Bentuk kurva aktivitas pH ditentukan oleh denaturasi enzim (pada pH tinggi atau rendah) dan penambahan status bermuatan pada enzim dan atau substrat. Enzim dapat pula mengalami perubahan bentuk bila pH bervariasi. Untuk menentukan kecepatan reaksi sebenarnya pengaruh konsentrasi substratlah yang sangat berarti. Namun, konsentrasi substrat yang menunjukkan kecepatan maksimal aktivitas enzim akan mencerminkan jumlah enzim aktif yang ada.Inhibitor non kompetitif irreversibel adalah suatu zat yang menghambat kerja enzim dengan cara berikatan dengan enzim tetapi bukan pada active sidenya, karena inhibitor tidak memiliki kesamaan dengan struktur substrat, maka peningkatan konsentrasi substrat umumnya tidak menghilangkan inhibitor tersebut. Banyak racun yang bekerja sebagai inhibitor non kompetitif irreversibel terhadap aktivitas enzim, antara lain ion logam berat, iodosetamida, dan zat-zat pengoksidatif.

1.2    Tujuan
1.      Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.
2.      Membuktikan bahwa derajat keasaman (ph) mempengaruhi aktivitas enzim.
3.      Mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat.
4.      Mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim merupakan suatu kelompok protein yang berperan penting di dalam aktivitas biologi. Enzim berfungsi sebagai katalisator didalam sel dan sifatnya sangat khas. Di dalam jumlah sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga di dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya.di dalam sel terdapat banyak jenis enzim yang berlainan kekhasannya, sehingga suatu enzim hanya mampu menjadi katalisator untuk reaksi tertentu saja. Ada enzim yang dapat mengkatalisa suatu kelompok substrat, ada pula yang hanya satu kelompok substrat saja, dan ada pula ynag bersifat stereospesifik. Karena enzim mengkataliser reaksi-reaksi di dalam system biologis, maka enzim juga disebut sebagai biokatalisator (Simanjuntak, 2003).
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keaadan ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat (Hafiz Soewoto, 2000).
Enzim Amilase mempunyai kemampuan untuk memecah molekul-molekul pati dan glikogen Molekul pati yang merupakan polimer dari alfa-D-glikopiranosa akan dipecah oleh enzim pada ikatan alfa-1,4- dan alfa-l,6-glikosida. Secara umum, amilase dibedakan menjadi tiga berdasarkan hasil pemecahan dan letak ikatan yang dipecah, yaitu alfa-amilase, beta-amilase, dan glukoamilase. Enzim alfa-amilase merupakan endoenzim yang memotong ikatan alfa-1,4 amilosa dan amilopektin dengan cepat pada larutan pati kental yang telah mengalami gelatinisasi. Proses ini juga dikenal dengan nama proses likuifikasi pati. Produk akhir yang dihasilkan dari aktivitasnya adalah dekstrin beserta sejumlah kecil glukosa dan maltosa. Alfa-amilase akan menghidrolisis ikatan alfa-1-4 glikosida pada polisakarida dengan hasil degradasi secara acak di bagian tengah atau bagian dalam molekul. Enzim beta-amilase atau disebut juga alfa-l,4-glukanmaltohidrolas E.C bekerja pada ikatan alfa-1,4-glikosida dengan menginversi konfigurasi posisi atom C(l) atau C nomor 1 molekul glukosa dari alfa menjadi beta. Enzim ini memutus ikatan amilosa maupun amilopektin dari luar molekul dan menghasilkan unit-unit maltosa dari ujung nonpe-reduksi pada rantai polisakarida. Bila tiba pada ikatan alfa-1,6 glikosida aktivitas enzim ini akan berhenti. Glukoamilase dikenal dengan nama lain alfa-1,4- glukan glukohidro-lase atau EC. Enzim ini menghidrolisis ikatan glukosida alfa-1,4, tetapi hasilnya beta-glukosa yang mempunyai konfigurasi berlawanan dengan hasil hidrolisis oleh enzim a-amilase. Selain itu, enzim ini dapat pula menghidrolisis ikatan glikosida alfa-1,6 dan alfa-1,3 tetapi dengan laju yang lebih lambat dibandingkan dengan hidrolisis ikatan glikosida a-1,4 (Mohamad Sadikin, 2002).

















BAB III
METODOLOGI

3.1              Alat dan bahan
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


Ø  Tabung reaki
Ø  Penjepit tabung reaksi
Ø  Rak tabung reaksi
Ø  Pipet ukur
Ø  Gelas kimia
Ø  Alat pemanas



            Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


Ø  Larutan amilum 2%
Ø  Enzim amylase (saliva)
Ø  Larutan iodium
Ø  Pereaksi benedict
Ø  Larutan HCl 0,4%, pH=1



3.2              Cara kerja
A.    Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim
1.      Menyediakan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Masing-masing di isi dengan 2 ml larutan amilum.
2.      Menambahkan 1 ml larutan amilum pada setiap tabung.
3.      Tabung 1 dimasukan ke dalam gelas piala yang berisis es
Tabung 2 disimpan pada suhu kamar.
Tabung 3 dimasukan ke dalam penangas air dengan suhu 37-400C.
Tabung 4 dimasukan ke dalam penangas air dengan suhu 75-800C.
Tabung 5 dimasukan ke dalam penangas air mendidih.
4.      Membiarkan masing-masing pada tempatnya selama 15 menit.
5.      Selanjutnya menguji dengan larutan iodium.
6.      Menguji dengan pereaksi benedict.
7.      Mencatat dan mengamati perubahan warna yang terjadi.
B.     Pengaruh PH Terhadap Aktivitas Enzim
1.      Menyediakan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian mengisi tabung pertama dengan 2 ml larutan HCl 0,4%; tabung kedua dengan 2 ml aquades, tabung ketiga dengan 2 ml Na2CO3 1%.
2.      Kedalam tiap tabung ditambahkan 2 ml larutan amilum dan 1 ml enzim.
3.      Mencampurkan sampai homogen, kemudian membiarkan selama 15 menit.
4.      Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5.      Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
C.     Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Aktivitas Enzim
1.      Menyiapkan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian pada tabung 1, 2, 3 berturut-turut diisi dengan enzim amylase 0,5 ml; 1,0ml; dan 1,5 ml.
2.      Kedalam tiap-tiap tabung ditambahkan larutan amilum 2 ml.
3.      Mencampurlah dengan baik, kemudian membiarkan selama 15 menit.
4.      Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5.      Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
D.    Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Aktivitas Enzim
1.      Menyiapkan 4 tabung reaksi yang bersih, kemudian mengisi berturut-turut dengan larutan amilum 1 ml; 2 ml; 4 ml dan 6 ml.
2.      Kedalam tiap-tiap tabung ditambahkan enzim amilase 2 ml.
3.      Mencampur dengan baik, kemudian membiarkan selama 15 menit.
4.      Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5.      Mengmati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
           






BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1.1  Hasil Pengamatan
A.    Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
No tabung
Suhu
(0C)
Perubahan warna
Uji iodium
Uji benedict
1
0
Warna tetap coklat

2
25-30
Ada perubahan warna merah bata
Warna tetap biru
3
37-40


4
75-80
Warna tetap coklat tua
Warna tetap biru
5
100
Ada perubahan warna biru pekat
Tidak ada perubahan warna
B.     Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
No tabung
pH
Perubahan warna
Uji iodium
1
1
Sampel berubah warna menjadi coklat tua dan ada endapan berwarna hitam ( pH =  3 )
2
7
Sampel berubah warna menjadi coklat dan ada gumpalan dan ada gumpalan hitam ( pH = 4 )
3
9
Sampel berubah warna menjadi coklat dan ada gumpalan ( pH – 6 )

C.     Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
No tabung
Konsentrasi subtrat
Konsentrasi enzim
Perubahan warna
Uji iodium
Uji benedict
1
Amilum
2 ml
Amylase 0,5 ml
Warna berubah kecoklatan dan terbentuk gumpalan sedikit
Warna biru pekat dan terdapat gumpalan
2
Amilum
2 ml
Amylase 1,0 ml
Warna berubah kecoklatan dan terbentuk gumpalan hitam banyak
Warna menjadi biru netral dan ada gumpalan
3
Amilum
2 ml
Amylase 1,5 ml
Warna berubah coklat kehitaman dan terbentuk gumpalan banyak
Warna biru agak pudar dan terdapat gumpalan


D.    Pengaruh konsentrasi subtract terhadap aktivitas enzim
No tabung
Konsentrasi subtrat
Konsentrasi enzim
Perubahan warna
Uji iodium
Uji benedict
1
Amilum
1 ml
Amylase 1ml
Warna berubah menjadi warnahitam kekuningan.
Warna berubah menjadi biru ( Benedict )
2
Amilum
2 ml
Amylase 1ml
Warna berubah menjadi hitam sedikit kekuningan
Warna berubah menjadi biru kebiruan
3
Amilum
4 ml
Amylase 1ml
Warna berubah menjadi hitam sedikit kekuningan
Warna berubah menjadi biru gelap
4
Amilum
6 ml
Amylase 1ml
Warna berubah menjadi hitam kebiruan
Warna berubah menjadi biru gelap

4.2 Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul Uji Aktivitas Enzim dengan tujuan agar praktikan dapat mengetahui suhu terhadap aktivitas enzim, mampu membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim, mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat dan mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim. Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai kasalisator dan dikenal sebagai biokatalisator. Pada percobaan ini praktikan menggunakan alat yaitu tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, gelas kimia dan alat pemanas sedangkan bahan yaitu larutan amilum 20%, enzim anmilase, larutan iodium, pereaksi benedict dan larutan HCl 0,4%. Praktikan melakukan 4 (empat) percobaan dengan berkelompok sesuai kelompok yang sudah ditentukan oleh pembimbing praktikum dimana praktikum ini melakukan 2 (dua) percobaan untuk dapat menjawab tujuan dari praktikum ini.
Pada percobaan pertama yaitu pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dimana praktikan memasukkan  2 ml larutan amilum kedalam 5 (lima) tabung reaksi dan penambahan 1 ml enzim amilase pada masing-masing tabung yang kemudian praktikan melakukan perlakuan pendiaman selama 15 menit terhadap suhu yang berbeda-beda yaitu pada gelas piala yang berisi es, pada suhu kamar, pada penangas air satu dan dua, pada penangas air yang mendidih. setelah dilakukan pendiaman kemudian dilakukan uji dengan larutan iodium sehingga didapat bahwa pada suhu 0 °C warna tetap coklat tua dan terdapat endapan warna hitam, pada suhu 25-30 °C warna berubah menjadi merah bata, pada suhu 37-40 °C warna berubah menjadi merah bata, pada suhu 75-80 °C warna tetap coklat tua, pada suhu 100 °C warna berubah menjadi biru pekat sedangkan pada uji benedict pada suhu 0 °C warna bening berada diatas sedangkan warna biru menggumpal didasar gelas piala tetap, pada suhu 25-30 °C warna tetap biru, pada suhu 37-40 °C warna tetap biru, pada suhu 75-80 °C warna tetap tetap biru, pada suhu 100 °C warna tetap biru. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dapat dilihat pada kenaikan suhu yang bisa menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Literatur yang mendukung kesimpulan tersebut yaitu suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar 37° C. Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai ± 60° C, karena terjadi denaturasi (Hafiz Soewoto, 2000). 
Pada percobaan kedua yaitu pengaruh pH terhadapa aktivitas air dimana pada 3 (tiga) tabung reaksi dilakukan pengisian tabung reaksi pertama diisi 2 ml larutan HCl 0,4%, tabung reaksi kedua diisi 2 ml aquadest, tabung reaksi ketiga diisi Na2CO3 1% dan penambahan 2 ml larutan amilum pada ketiga tabung reaksi yang kemudia dilakukann pencampuran agar homogen. Setelah dilakuan pencampuran maka dibiarkan selama 15 menit yang selanjutnya dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini dapat dibuktikan bahwa pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, dimana pada setiap pH yang berbeda mulai dari 1 sampai 9 hasil uji iodium dan uji Benedictnya berbeda-beda. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein. Hidrolisis Pati dengan memasukkan 5 ml alimunium 1% dan penambahan 2,5 ml HCl yang kemudian dilakukan pencampuran supaya larutan homogen sehingga dapat dilakukan pemanasan dalam penangas air yang mendidih. Literatur yang membenarkan hal ini yaitu enzim bekerja pada kisaran pH tertentu, jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keaadan ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat (Hafiz Soewoto, 2000).
Pada percobaan ketiga yaitu pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim dimana 3 (tiga) tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml enzim amilase pada tabung pertama, 1,0 ml enzim amilase pada tabung kedua, 1,5 ml enzim amilase pada tabung ketiga dan penambahan larutan amilum 2 ml yang kemudian dicampur agar homogen. Setelah dilakukan pencampuran maka dilakukan pembiaran sampai 15 menit yang selanjutnya dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat dilihat pada katalis, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Literatur yang mendukung yaitu peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat (Hafiz Soewoto, 2000).
Pada percobaan keempat yaitu pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim dimana 4 (empat) tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan amilum pada tabung pertama, 2 ml larutan amilum pada tabung kedua, 4 ml larutan amilum pada tabung ketiga, 6 ml larutan amilum pada tabung keempat dan penambahan enzim amilase 1 ml yang kemudian dicampur agar homogen. Setelah dilakukan pencampuran maka dilakukan pembiaran sampai 15 menit yang selanjutnya dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim dapat dilihat dari hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar. Literatur yang mendukung yaitu pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan maksimum (V). Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan substrat sehingga dapat membenarkan kesimpulan yang didapat.















BAB V
PENUTUP
6.1              Kesimpulan
1.         Aktifitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu dimana pada suhu reaksi kimia menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
2.         Terbukti bahwa pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, dimana pada setiap pH yang berbeda mulai dari 1 sampai 9 hasil uji iodium dan uji Benedictnya berbeda-beda. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
3.         Dapat diketahui bahwa pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat dapat dilihat seperti pada katalis, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
4.         Pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktifitas enzim dapat dilihat dari hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.

6.2              Saran
Saran Saya pada praktikum yang telah dilaksanakan ialah hendaknya praktikan sudah mengetahui baik tujuan maupun langkah kerja yang akan dipraktikumkan.


DAFTAR PUSTAKA
Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Widya Medika : Jakarta.
Simanjuntak, MT. 2003. Enzim dan Terapannya. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Soewoto, Hafiz. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Widya Medika : Jakarta.
















JAWABAN PERTANYAAN
1.      Jelaskan kegunaan uji iodium dan Benedict pada percobaan ini?
Jawab : kegunaan uji iodium         => untuk mengamati perubahan warna yang terjadi pada setiap uji.
 Kegunaan uji Benedict => untuk mengamati dan mengetahui perubahan warna sekaligus mengetahui adanya endapan.
2.      Apakah suhu, dan pH mempengaruhi aktivitas enzim? mengapa?
Jawab : sangat berpengaruh karena, Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
3.      Pada suhu berapa diperoleh aktivitas enzim amylase paling optimal? Mengapa?
Jawab : pada pH 7, karena pH 7 adalah normal, jadi air liur atau enzim amilase akan teatap asam.
4.      Pada suhu berapa diperoleh aktivitas enzim amylase paling optimal? Mengapa?
Jawab : pada suhu 37-400C, kerena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
5.      Pada konsentrasi enzim berapa diperoleh aktivitas enzim amylase paling optimal? Mengapa?
Jawab :
Pada amilase 1 dan 2 karena menghasilkan warna hitam kekuningan yang mana menandakan bahwa reaksi optimal .
6.      Pada konsentrasi substrat berapa diperoleh aktivitas enzim amylase paling optimal? Mengapa?
Jawab :
Pada amilase 3 ml karena menghasilkan endapan paling banyak yang menandakan reaksi optimal .
7.      Tulis 3 enzim lain yang dapat menghindrolisis karbohidrat, masing-masing dengan sumbernya.
            Jawab : -
1.      Enzim bromelin, sebagai protease bersumber dari tumbuhan yaitu nanas.
2.      Enzim papain, sebagai protease bersumber dari papaya.
3.      Enzim lisozom bersumber dari putih telur.

8.      Tulis 3 enzim lain yang dapat menghindrolisis karbohidrat, masing-masing dengan sumbernya.
            Jawab : - Enzim bromelin, sebagai protease bersumber dari tumbuhan                          yaitu nanas.
-  Enzim papain, sebagai protease bersumber dari papaya.
-  Enzim lisozom bersumber dari putih telur.