Kamis, 24 Maret 2016

LAPORAN IDENTIFIKASI MINYAK DAN LEMAK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
Disusun Oleh :
Nama                               : Suman Maruli Tua.M
NPM                                : E1G013068
Prodi                                : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok                        : 1 (Satu)
Hari / jam                         : Rabu / 12:00-13:40
Tanggal                            :  3 Desember 2014
Ko-Ass                            : 1. Rohmat Fauzi
                                          2. Weka M Bangun
Dosen                              : 1. Hasan B. Daulay, Drs., MS
                                          2. Devi Silsia, Dra., M.Si
                                          3. Fitri Electrika Dewi S., STP, M.Sc
Objek Praktikum             : IDENTIFIKASI MINYAK DAN LEMAK



LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Lipida adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tapi dapat diekstraksi dengan pelarut non polar seperti khloroform, eter, benzena, alcohol, aseton, dan karbondisulfid.  Lipid berasal dari kata Yunani yang berarti lemak. Secara bahasa lipid merupakan lemak, sedangkan kalau dilihat dari stukturnya, lipid merupakan senyawa trimester yang dibentuk dari senyawa gliserol dan berbagai asam karboksilat rantai panjang. Jadi lemak disusun dari dua jenis molekul yang lebih kecil yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon yang masing-masing mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka karbon yang panjang, umumnya 16 sampai 18 atom karbon, panjangnya salah satu ujung asam lemak itu adalah kepala yang terdiri atas suatu gugus karboksil dan gugus fungsional yang menyebabkan molekul ini disebut asam lemak, yang berikatan dengan gugus karboksilat itu adalah hidrokarbon panjang yang disebut ekor.
Fungsi utama lemak adalah sebagai penyekat, bantalan dan cadangan energi. Fungsi penyekat tampak jelas pada membran sel. Seluruh sel mahluk hidup dibungkus oleh membran yang antara lain terdiri dari molekul-molekul lemak yang tersusun sedemikian rupa sehingga isi sel terpisah dari dunia luar. Fungsi penyekat tampak jelas pula pada sel-sel syaraf. Baik sel syaraf maupun serat syaraf diliputi oleh sarung pembungkus yang disebut Mielin, yang terutama terdiri atas lemak. Fungsi sebagai bantalan tampak misalnya pada jaringan bawah kulit, yang menebal ditempat-tempat tertentu dan juga disekitar berbagai alat didalam rongga tubuh dan dibelakang bola mata. Lemak juga merupakan bentuk cadangan energi bagi tubuh. Senyawa ini dibentuk bila tubuh kelebihan makanan dan dipecah bila tubuh kekurangan energi. Secara kasar tampak dalam bentuk perubahan berat badan atau dalam bentuk gemuk dan kurus.

1.2    Tujuan
1.    Menentukan kelarutan lipid pada pelarut tertentu.
2.    Menentukan sifat asam basa minyak.
3.    Mengidentifikasi sifat ketidak jenuhan minyak.
4.    Mengidentifikasi terjadinya hidrolisis pada minyak( safonifikasi )
5.    Mengidentifikasi bentuk noda minyak.

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lipid adalah  senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene (Salirawati, 2007).
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (Fessenden, 1982).
Senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yakni lipid sederhana yaitu ester asam lemak dengan berbagai alcohol, Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid dan serebrosida, Derivate lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol dan sterol ( Poedjiadi, 2009). 
Lemak merupakan bahan padat pada suhu kamar, diantaranya disebabkan kandunganya yang tinggi akan asam lemak jenuh yang secara kimia tidak mengandung ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi. Contoh asam lemak jenuh yang banyak terdapat dialam adalah asam palmitat dan asam stearat. Minyak merupakan bahan cair diantaranya disebabkan rendahnya kandungan asam lemak jenuh dan tingginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya, sehingga mempunyai titik lebur yang rendah (Winarno, 2002).






BAB III
METODOLOGI

3.1              Alat dan bahan
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


v  Tabung reaksi
v  Penjepit tabung reaksi
v  Rak tabung reaksi
v  Pipet ukur
v  Sikat tabung reaksi
v  Kertas lakmus
v  Alat pemanas
v  Pipet tetes
v  Porselin tetes


            Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


v  Minyak kelapa sawit
v  Margarin
v  Mentega
v  Alcohol 96%
v  Kloroform
v  Eter
v  Aquadest
v  Larutan Na2CO3 0,5%
v  Air brom
v  NaOH


3.2              Cara kerja
A.    Uji Kelarutan Minyak
1.      Menyiapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut diisi dengan aquadest, alkohol 96%, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0,5% sebanyak 1ml.
2.      Menambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa.
3.      Mengocok sampai homogen, lalu membiarkan beberapa saat.
4.      Mengamati sifat kelarutanya.

B.     Uji Keasaman Minyak
1.      Meneteskan sedikit minyak kelapa sawit pada porselin tetes.
2.      Mengujilah dengan kertas lakmus.
3.      Mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
4.      Mengulangi percobaan pada minyak kelapa tengik.

C.     Uji Penyabunan Minyak
1.      Memasukan 5 ml minyak ke dalam erlemeyer.
2.      Menambahkan 1,5gr NaOH dan 25 ml alcohol 96%.
3.      Memanaskan sampai mendidih selama 15 menit.
4.      Untuk mengetahui apakah reaksi penyabunan telah sempurna, diambil 3 tetes larutan, kemudian melarutkannya dalam air, bila larut berarti reaksi telah sempurna.
5.      Menguapkan alkohol yang tersisa sampai habis.
6.      Mendinginkan, lalu menambahkan 75 ml air dan panaskan sampai semua sabun larut.

D.    Uji Noda Minyak
1.      Memasukan 2 ml campuran alkohol eter kedalam tabung reaksi bersih dan tambahkan 2-3 tetes minyak kelapa. Mengocok kuat-kuat sampai minyak larut.
2.      Meneteskan campuran tersebut pada kertas saring dan kertas tulis, membiarkan pelarut menguap.
3.      Melihat noda yang terbentuk.
4.      Menguci nodanya dengan air.
5.      Mengeringkan kembali kertasnya dan memperhatikan kembali nodanya.













BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1.1  Hasil Pengamatan
A.    Uji Kelarutan Minyak
Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Aquadest
1 ml




Alcohol 96%

1 ml



Eter


1 ml


Kloroform



1 ml

Larutan iodium




1 ml
Minyak kelapa sawit
2 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil : larut/tidak
Tidak larut
Tidak larut
Larut
larut
Tidak larut


Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Aquadest
1 ml




Alcohol 96%

1 ml



Eter


1 ml


Kloroform



1 ml

Larutan iodium




1 ml
Margarin
2 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil : larut/tidak
Tidak larut
Tidak larut
Larut
larut
Tidak larut



Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Aquadest
1 ml




Alcohol 96%

1 ml



Eter


1 ml


Kloroform



1 ml

Larutan iodium




1 ml
Mentega
2 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
2 tetes
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil : larut/tidak
Tidak larut
Tidak larut
Larut
larut
larut

B.     Uji Keasaman Minyak
NO
Zat Uji
Sifat asam/basa
1
Minyak kelapa sawit
pH = 6 asam
2
Margarin
pH = 6 asam

3
Mentega
pH = 6 asam


C.     Uji Penyabunan Minyak
Setelah dipanaskan selama 15 menit dan diambil masing-masing sampel untuk diuji kelarutannya dengan air yang menunjukkan larut adalah mentega dan margarin. Minyak sawit tidak larut kemudian setelah masing-masing-masing sampai dingin ditambahkan air 75 ml hasilnya.
D.    Uji Noda
Pada percobaan minyak kelapa sawit pada kertas saring tidak terdapat noda dan pada kertas tulis juga tidak terdapat noda setelah dicuci dengan air tetap tidak ada noda pada kertas saring dan kertas tulis. Pada percobaan dengan margarin tetap tidak menimbulkan noda pada mentega tidak terdapat nodapada kertas sarin kertas tulis, dan setelah dicuci dengan air tetap tidak bernoda.


4.2 Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul Identifikasi Minyak dan Lemak dengan tujuan agar praktikan dapat praktikan dapat menentukan kelarutan lipid pada pelarut tertentu, menentukan sifat asam basa minyak, mengidentifikasi sifat ketidak jenuhan minyak, mengidentifikasi terjadinya hidrolisis pada minyak (safonifikasi) dan mengidentifikasi bentuk noda minyak. Lipid didefenisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam sekitar serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non polar seperti hidrokarbon atau dietil eter. Pada percobaan ini praktikan menggunakan alat yaitu tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, sikat tabung reaksi, kertas lakmus, alat pemanas, pipet tetes dan porselin tettes sedangkan bahan yaitu minyak kelapa sawit, margarin, mentega, alkohol 96%, kloroform, eter, aquadest, larutan Na2CO3 0,5%, air borm dan NaOH tetapi pada alat yang diperlukan yaitu kertas lakmus tidak tersedia sehingga tidak dipakainya alat ini pada saat praktikum yang telah berlangsung. Praktikan melakukan percobaan dengan berkelompok sesuai kelompok yang sudah ditentukan oleh pembimbing praktikum dimana praktikum ini melakukan 4 (empat) percobaan untuk dapat menjawab tujuan dari praktikum ini.
Pada percobaan pertama yaitu Uji Kelarutan Minyak dimana praktikan memasukkan berturut-turut aquades, alkohol 96%, eter, kloroform dan larutan Na2CO3 0,5% sebanyak 1 ml kedalam 5 (lima) tabung rekasi dan penambahan 2 tetes objek bahan yang kemudian praktikan mencampur dengan baik supaya larutan homogen. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan tiga objek bahan yaitu pada minyak kelapa sawit, margarin dan mentega dan hasil pengamatan yang didapat bahwa pada aquadest dan alokohol 96% bahan tidak larut dan pada eter dan kloroform bahan dapat larut sedangkan pada Na2CO3 0,5% hanya pada mentega dan minyak kelapa sawit yang dapat larut sedangkan pada margarin tidak dapat larut. Literatur membenarkan bahwa Umumnya zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut (Yasid, 2006).
Pada percobaan kedua yaitu Uji Keasaman Minyak dimana praktikan meneteskan ketiga objek bahan pada porselin tetes yang kemudian diuji dengan alat pengukuran pH maka pH yang didapat pada bahan kelapa sawit, margarin dan mentega adalah 6 yang berarti bersifat asam. Literatur yang membenarkan bahwa Proses penyaringan minyak kelapa sawit sebanyak 2 kali (pengambilan lapisan lemak jenuh) menyebabkan kandungan asam lemak tak jenuh menjadi lebih tinggi. Tingginya kandungan asam lemak tak jenuh menyebabkan minyak mudah rusak oleh proses penggorengan (deep frying), karena selama proses menggoreng minyak akan dipanaskan secara terus menerus pada suhu tinggi serta terjadinya kontak dengan oksigen dari udara luar yang memudahkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak (Sartika, 2009).
Pada percobaan ketiga yaitu Uji penyabunan minyak dimana setelah dipanaskan selama 15 menit dan diambil masing-masing sampel untuk diuji kelarutannya dengan air yang menunjukkan larut adalah mentega dan margarin. Minyak sawit tidak larut kemudian setelah masing-masing-masing sampai dingin ditambahkan air 75 ml hasilnya.
Pada percobaan ketiga yaitu Uji Noda dimana pada percobaan minyak kelapa sawit pada kertas saring tidak terdapat noda dan pada kertas tulis juga tidak terdapat noda setelah dicuci dengan air tetap tidak ada noda pada kertas saring dan kertas tulis. Pada percobaan dengan margarin tetap tidak menimbulkan noda pada mentega tidak terdapat nodapada kertas sarin kertas tulis, dan setelah dicuci dengan air tetap tidak bernoda.







BAB V
PENUTUP
6.1              Kesimpulan
v Bahwa lipid tidak semua larut dalam pelarut yang digunakan.
v Keasaman minyak kelapa yang diuji dengan kertas lakmus tetap merah dan sifatnya adalah asam.
v Minyak goreng tidak memiliki noda dan Mentega tidak memiliki noda
v Margarin setelah dicuci bewarna kuning gelap ada yang melekat.
6.2              Saran
Saran Saya pada praktikum yang telah dilaksanakan ialah hendaknya pihak laboratorium menyediakan alat-alat yang diperlukan praktikan saat praktikum karena akan terasa sulit atau cenderung sukar ketika alat itu tidak ada sehingga kekurangan itu merugikan praktikan dan pembimbing praktikum. Seperti praktikum ini yang tidak tersedianya kertas lakmus.










DAFTAR PUSTAKA
Fessenden. 1982. Kimia Organik II Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta.
Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. UI- Press : Jakarta. 
Salirawati, etal. 2007. Belajar Kimia Menarik. Grasindo : Jakarta.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia : Jakarta.

















JAWABAN PERTANYAAN

1.      Dalam ilmu kimia untuk mengetahui kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikenal istilah “like dissolves like”. Jelaskan maksud istilah tersebut !

2.      Jelaskan mengapa minyak sediki larut dalam alkohol, tetapi larut sempurna dalam eter dan kloroform !

3.      Pada percobaan manakah yang membutuhkan air borm lebih banyak ? mengapa ?

4.      Tulis reaksi lengkap safonifikasi !

Jawaban :
1.      Prinsip dasar yang digunakan untuk mengetahui proses melarutnya zat terlarut kedalam pelarut biasa dikenal dengan istilah Like Dissolves Like artinya pelarut sejenis akan melarutkan molekul sejenis artinya pelarut dan molekul zat terlarut saling berinteraksi antar molekul keduanya dengan membentuk suatu ikatan tertentu diantara keduanya, sehingga secara termodinamika zat terlarut akan larut dalam pelarut tersbut. Ada istilah lain yang menghasilkan proses melarutnya zat terlarut dalam molekul pelarut, yaitu istilah solvasi pelarut. Solvasi pelarut adalah proses dimana ion-ion solute dikelilingi oleh molekul pelarut dan dengan membentuk semacam jembatan atau ikatan antara keduanya, misalnya garam dapur. 

2.      Kerena berat jenisnya hampir sama dengan air

3.      Percobaan yang membutuhkan air borm lebih banyak adalah pada margarin karena titik ketidakjenuhan margarin lebih tinggi daripada minyak sawit.

4.      Reaksi lengkap safonofikasi :
rx sabun.png



Tidak ada komentar:

Posting Komentar