LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Disusun Oleh :
Nama :
Suman Maruli Tua.M
NPM :
E1G013068
Prodi :
Teknologi Industri Pertanian
Kelompok :
1 (Satu)
Hari / jam :
Rabu / 14:00 –
15:40
Tanggal : 21 Mei 2014
Dosen :
Syafnil, Drs,. M.Si
Objek Praktikum :
ANALISA KUALITAS AIR
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Air
merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya bagi
makhluk hidup. Air adalah
zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi
hampir 71% permukaan bumi dan terdapat 1,4
triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan makhluk hidup
kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air
memiliki pengertian bahwa adanya penyimpangan sifat – sifat air dari keadaan
normal, bukan dari kemurnian air tersebut. Air yang tersebar di bumi ini tidak
pernah terdapat dalam bentuk murni. Namun bukan berarti bahwa semua sudah
tercemar. Sebagai contoh, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang
terpencil dengan udara yang bebas dan bersih dari pencemaran, air hujan yang
turun di atasnya selalu mengandung bahan–bahan terlarut, seperti : CO2, O2, dan N2, serta
bahan – bahan tersuspensi seperti debu dan partikel–partikel lainnya yang
terbawa air hujan dari atmosfer. Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia
dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia
organik. Air permukaan – permukaan dan air sumur pada umumnya
mengandung bahan –bahan metal. Air yang mengandung komponen – komponen tersebut
dalam jumlah tinggi disebu air sadah. Apabila
kandungan zat-zat kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air
tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup
semua makhluk sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh
pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat
dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan
analisa air untuk menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di
dalam air sehingga dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak
tidaknya dikonsumsi maupun sudah tercemar atau belum. Dari keterangan diatas,
tentu sudah selayaknya kita sebagai manusia untuk lebih mempelajari
lebih mengenai air ini sehingga hal tersebutlah yang melatar belakangi
diadakannya praktikum yang berjudul Analisa Kualitas Air.
1.2 Tujuan
·
Mahasiswa mampu menguji dan menganalisis beberapa sifat
fisis dan sifat kimia air secara kualitatif dan kuantitatif.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Nilai pH merupakan salah satu
parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan suatu perairan. Banyak reaksi
kimia penting yang terjadi pada tingkatan pH yang sulit. Menurut jenis dan
aktivitas biologinya suatu perairan dapat mengubah pH dari unit penanganan
limbahnya. Tetapi pada umumnya batas toleransi
ikan adalah berkisar pada pH 4 “Aerd penth point” sampai pH 2 “Basie death
point”. Perairan yang memiliki kadar pH 6,5 – 8,5 merupakan perairan yang
sangat ideal untuk tempat hidup dan produktifitas organisme air. Derajat
keasaman sering juga digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan atau
perairan dalam memproduksi garam mineral. Garam mineral merupakan faktor
penentu bagi semua proses produksi di suatu perairan. Derajat keasaman perairan
merupakan suatu parameter penting dalam pemantauan kualitas air, dengan
mengetahui jumlah kadar pH suatu perairan kita dapat mengetahui tingkat
produktifitas perairan tersebut. Kandungan pH dalam suatu perairan dapat
berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses fotosintesis tumbuhan air.
Derajat keasaman suatu perairan juga sangat menentukan kelangsungan hidup organisme
dan merupakan resultan sifat kimia, fisika perairan ( Welch, 1952 ).
Didalam
manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi
lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas
manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi
ikan ( Widjanarko,
2005 ).
Didalam
manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi
lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas
manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi
ikan ( Widjanarko,
2005 ).
Pengukuran
kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran
kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas,
pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) ( Sihotang, 2006 ).
Dalam
pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai pertimbangan
kondisi serta keadaan daerah pengamatan ( Fajri, 2013 ).
Pola
temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas
cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi)
dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan
dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan
oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin
pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga
badan air terkena cahaya matahari secara langsung ( Barus, 2003 ).
Jumlah ion hidrogen dalam suatu
larutan merupakan suatu tolak ukur keasaman. Lebih banyak ion H+ berarti lebih
asam suatu larutan dan lebih sedikit ion H+ berarti lebih basa larutan
tersebut. Larutan yang bersifat basa banyak mengandung OH- dan sedikit ion H+.
Keasaman dan kebasaan diukur dengan skala logaritma antara 1 sampai 14 satuan.
Satuan ini disebut pH dan skalanya skala pH. Oleh karena itu, nilai pH rendah
menunjukan kondisi asam, dan nilai pH yang tinggi menunjukan konsentrasi H+
rendah atau konsentrasi OH- tinggi (Nybakken, 1988).
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut ( Salmin, 2000 ).
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut ( Salmin, 2000 ).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan bahan
Alat
·
Gelas ukur 50 ml
·
Gelas ukur 100 ml
·
Gelas ukur 50 ml
·
Pipet tetes
·
Pipet volume 5 ml
·
Pipet volume 10 ml
·
Lampu spritus
·
Tabung reaksi + rak
·
Batang pengaduk
·
Corong kaca
·
Penjepit tabung reaksi
·
Erlenmeyer
·
Kompor listrik/gas
·
Buret dan statif
·
Corong
·
Neraca analitik
·
Botol semprot
·
Thermometer
Bahan
·
KMnO4
·
Aquades
·
H2SO4
·
Kertas lakmus merah
·
Asam oksalat
3.2
Cara kerja
3.2.1 Suhu / temperatur
1. Menyiapkan sampel ( membuka
tutup botol sampel )
2. Mencelupkan alat pengukur suhu kedalam
sampel, pastikan tangan tidak bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
3. Membaca angka yang tertera pada alat
tersebut.
3.2.2 Zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi
1. Mengambil sampel sebanyak 100 ml dengan
gelas ukur dan tuangkan kedalam gelas piala dan panaskan.
2. Memperhatikan, apakah sampel menjadi
keruh ataukah ada yang mengendap!
3. Jika sampel menjadi keruh berada ada
zat padat terlarut, sedangkan jika terjadi endapan berarti sampel mengandung
zat padat tersuspensi.
3.2.3 Warna
1. Mengambil sampel kedalam tabung reaksi
sebanyak ± ¾ dari volume tabung reaksi.
2. Membandingkan warnanya dengan larutan
standar yang telah disediakan.
3.2.4 DO (
Disolve Oxygen )
1.
Memasukkan 100 ml sampel ke dalam gelas piala yang
bervolume 100 ml.
2.
Mencelupkan O2 meter ke dalam sampel.
3.
Menekan mode untuk mendapatkan nilai DO.
4.
Angka yang tertera pada O2 meter menunjukkan
konsentrasi oksigen yang dikandung sampel.
3.2.5 Amoniak (NH3)
1. Memasukkan 10-15 ml sampel kedalam
tabung reaksi.
2. Melipatkan kertas lakmus merah dimulut
tabung reaksi.
3. Memanaskan diatas lampu spritus.
4. Mengamati sampel, apakah tercium bau
tengik atau tidak.
5.
Sampel mengandung amoniak jika tercium bau tengik atau
lakmus merah berubah warna biru
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
No
|
Parameter
|
Hasil pengamatan
|
|||||
Air sumur
|
Air limbah
|
||||||
1
|
Suhu
|
31,5
|
30
|
||||
2
|
Zat padat terlarut
|
Tidak ada
|
Ada zat
terlarut
|
||||
3
|
Zat padat tersuspensi
|
Tidak ada
|
Ada zat
tersuspensi
|
||||
4
|
Warna
|
Bening
|
Kekuning –
kuningan
|
||||
5
|
DO
|
-
|
-
|
||||
6
|
Amoniak
|
Tidak ada
|
Mengandung
amoniak
|
||||
7
|
COD
|
Volume KMnO4
selama pemanasan (ml)
|
Volume KMnO4 titrasi I
|
Volume KMnO4 titrasi II
|
Volume KMnO4 selama pemanasan (ml)
|
Volume KMnO4 titrasi I
|
Volume KMnO4 titrasi II
|
Ulangan I
|
10
|
10
|
2
|
10
|
20
|
5
|
|
Ulangan II
|
|
|
|
|
|
|
BAB
V
PEMBAHASAN
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari
keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Pada percobaan ini yaitu Analisis Kualitas Air yang bertujuan agar
mahasiswa mampu menguji atau menganalisis sifat fisika dan sifat kimia air
secara kualitatif dan kuantatif.. Pada percobaan ini praktikan menggunakan alat
dan bahan yang disarankan oleh buku panduan praktikum. Alat yang digunakan oleh
praktikan adalah botol semprot, gelas piala 100 ml, gelas ukur 50 ml dan 100
ml, pipet tetes, erlenmeyer 250 ml, tabung reaksi + rak, penjepit tabung
reaksi, pipet volume 5 ml dan 10 ml, corong kaca, buret + statis, neraca
analitik, batang pengaduk kaca, termometer, lampu spritus serta kompor listrik
/ gas sedangkan bahan yang digunakan praktikan adalah KMnO4, aquades, H2SO4, kertas lakmus merah
serta asam oksalat. Pada
praktikum ini, praktikan melakukan lima percobaan yang dikerjakan berdasarkan
kelompok yang telah dibagikan dan pada percobaan keempat yaitu DO ( disolve
oxygen ) tidak dapat dilakukan karena alat yang digunakan dalam pengujian
sangat rentan terhadap kesalahan yang berujung pada kerusakan. Hal ini membuat
dosen pembimbing tidak melakukan pengujian ini sehingga praktikan hanya
melakukan empat percobaan.
Pada percobaan pertama yaitu pengukuran suhu pada kedua sampel yang telah
disediakan oleh praktikan. Praktikan menyiapkan kedua sampel dengan membuka
tutup botol sampel yang kemudian mencelupkan alat pengukur suhu kedalam kedua sampel sampel dengan memastikan tangan tidak bersentuhan
dengan alat pengukur suhu. Hasil
pengukuran suhu yang didapat adalah pada air sumur didapat suhu sebesar 31,5 °C
sedangkan suhu pada air limbah sebesar 30 °C.
Pada percobaan kedua yaitu pengukuran zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi. Praktikan mengambil kedua sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan menuangkannya kedalam gelas piala yang kemudian
dipanaskan. Setelah dilakukan pemanasan maka praktikan memperhatikan kedua sampel
sehimgga hasil yang didapat adalah pada air sumur tidak ditemukan zat padat
terlarut sedangkan pada air limbah ditemukan zat padat yang terlarut.
Pada percobaan ketiga yaitu pengamatan warna pada kedua sampel. Praktikan mengambil kedua sampel kedalam tabung reaksi
sebanyak ± ¾ dari volume tabung reaksi dan hasil pengamatan yang didapat
adalah pada air sumur ditemukan warna bening sedangkan pada air limbah
ditemukan warna kekuning-kuningan.
Pada percobaan
keempat yaitu pengamatan amoniak pada kedua sampel. Praktikan memasukkan 10-15 ml sampel kedalam
tabung reaksi dan melipatkan
kertas lakmus merah yang disediakan di mulut tabung reaksi. Setelah
pelipatan lakmus merah pada mulut tabung reaksi dilakukan maka praktikan memanaskan diatas lampu spritus dan pengamatan
yang didapat adalah pada air limbah ditemukannya perubahan warna pada lakmus
merah menjadi warna biru dari hasil pengamatan itu dapat disimpulkan bahwa pada
air sumur tidak mengandung amoniak sedangkan pada air limbah mengandung
amoniak.
Pada percobaan yang tidak dilakukan
yaitu percobaan COD ( disolve oxygen ), dosen pembimbing memberikan peritungan
atau angka-angka yang didapat dari hasil pengujian ini sebelumnya. Hasil yang didapat
dari informasi yang diberikan dosen pembimbing adalah pada air sumur : volume KMnO4
selama pemanasan sebesar 10 ml, volume KMnO4 pada titrasi pertama
sebesar 10 ml, volume KMnO4 pada titrasi kedua sebesar 2 ml
sedangkan pada air limbah didapat hasil : volume KMnO4 selama
pemanasan sebesar 10 ml, volume KMnO4 pada titrasi pertama sebesar
20 ml, volume KMnO4 pada titrasi kedua sebesar 5 ml.
BAB VI
PENUTUP
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Sifat fisika air
yang dapat ditemukan pada percobaan yang di lakukan adalah suhu air dalam
derajat panas yang dinyatakan dalam satuan derajat celcius. Warna adalah warna
nyata dari air yang disebabkan oleh adanya ion metal ( besi dan mangan ) humus,
plankton, tumbuhan dan limbah industri. Yang dimaksud dengan warna adalah warna
nyata yang kekeruhannya telah dihilangkan
sedangkan yang dimaksud dengan warna tampak adalah warna yang tidak
hanya disebabkan zat-zat terlarut dalam air akan tetapi juga zat tersuspensi
yang dinyatakan dalam satuan warna skala PtCO. Kekeruhan adalah sifat optik
dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsorsi dan
terbias dan dihitung dalam satuan mg/L SiO2. Sifat kimia air adalah
air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O yang terdiri dari
satu molekul air tersusun atas dua aom hidrogen yang terkait secara kovalen
pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau pada kondisi standar yaitu pada tekanan 100nKPa ( 1 bar ) dan temperatur
273,15 K. Air sering disbut sebagai pelarut universal karena air dapat
melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase
cair dan padat di standar. Dalam bentuk ion, air dapat di deskripsikan sebagai
sebuag hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion
hidroksida (OH-)
6.2
Saran
Saran Saya pada praktikum yang telah dilaksanakan ialah
hendaknya pihak laboratorium memaksimalkan segala bahan-bahan yang diperlukan
praktikan dalam praktikum, sehingga semua percobaan yang disarankan oleh buku
panduan praktikum dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Welch. 1952. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Widjanarko. 2005. Tingkat Kesuburan Perairan. Surabaya :
Gremedia.
Barus. 2003. Pengantar Limnologi. Medan : FMIPA USU.
Salmin. 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas
Phytoplankton. Pekanbaru : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Sihotang. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Pekanbaru : Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Fajri. 2013.
Penuntun Praktikum dan Lembar Kerja
Praktikum Ekologi Perairan. Pekanbaru : Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar