Kamis, 24 Maret 2016

LAPORAN ANALISA KUALITAS AIR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Disusun Oleh :
Nama                               : Suman Maruli Tua.M
NPM                                : E1G013068
Prodi                                : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok                        : 1 (Satu)
Hari / jam                         : Rabu / 14:00 – 15:40
Tanggal                            :  21 Mei 2014
Dosen                              : Syafnil, Drs,. M.Si
Objek Praktikum             : ANALISA KUALITAS AIR




LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti perannya bagi makhluk hidup. Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi dan terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan makhluk hidup kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air memiliki pengertian bahwa adanya penyimpangan sifat – sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurnian air tersebut. Air yang tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni. Namun bukan berarti bahwa semua sudah tercemar. Sebagai contoh, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bebas dan bersih dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahan–bahan terlarut, seperti : CO2, O2, dan N2, serta bahan – bahan tersuspensi seperti debu dan partikel–partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfer. Biasanya air tersebut mengandung zat-zat kimia dalam kadar tertentu, baik zat-zat kimia anorganik maupun zat-zat kimia organik. Air permukaan – permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan –bahan metal. Air yang mengandung komponen – komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebu air sadah. Apabila kandungan zat-zat kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada akhirnya kualitas air tersebut menurun. Oleh karena itu, diperlukan analisa air untuk menentukan dan menghitung zat-zat kimia yang terkandung di dalam air sehingga dapat diketahui air tersebut membahayakan kesehatan, layak tidaknya dikonsumsi maupun sudah tercemar atau belum. Dari keterangan diatas,  tentu sudah selayaknya kita sebagai manusia untuk lebih mempelajari lebih mengenai air ini sehingga hal tersebutlah yang melatar belakangi diadakannya praktikum yang berjudul Analisa Kualitas Air.

1.2  Tujuan
·         Mahasiswa mampu menguji dan menganalisis beberapa sifat fisis dan sifat kimia air secara kualitatif dan kuantitatif.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nilai pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan suatu perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan pH yang sulit. Menurut jenis dan aktivitas biologinya suatu perairan dapat mengubah pH dari unit penanganan limbahnya. Tetapi pada umumnya batas toleransi ikan adalah berkisar pada pH 4 “Aerd penth point” sampai pH 2 “Basie death point”. Perairan yang memiliki kadar pH 6,5 – 8,5 merupakan perairan yang sangat ideal untuk tempat hidup dan produktifitas organisme air. Derajat keasaman sering juga digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan atau perairan dalam memproduksi garam mineral. Garam mineral merupakan faktor penentu bagi semua proses produksi di suatu perairan. Derajat keasaman perairan merupakan suatu parameter penting dalam pemantauan kualitas air, dengan mengetahui jumlah kadar pH suatu perairan kita dapat mengetahui tingkat produktifitas perairan tersebut. Kandungan pH dalam suatu perairan dapat berubah-ubah sepanjang hari akibat dari proses fotosintesis tumbuhan air. Derajat keasaman suatu perairan juga sangat menentukan kelangsungan hidup organisme dan merupakan resultan sifat kimia, fisika perairan ( Welch, 1952 ).
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan ( Widjanarko, 2005 ).
Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan ( Widjanarko, 2005 ).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) ( Sihotang, 2006 ).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan ( Fajri, 2013 ).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung ( Barus, 2003 ).
Jumlah ion hidrogen dalam suatu larutan merupakan suatu tolak ukur keasaman. Lebih banyak ion H+ berarti lebih asam suatu larutan dan lebih sedikit ion H+ berarti lebih basa larutan tersebut. Larutan yang bersifat basa banyak mengandung OH- dan sedikit ion H+. Keasaman dan kebasaan diukur dengan skala logaritma antara 1 sampai 14 satuan. Satuan ini disebut pH dan skalanya skala pH. Oleh karena itu, nilai pH rendah menunjukan kondisi asam, dan nilai pH yang tinggi menunjukan konsentrasi H+ rendah atau konsentrasi OH- tinggi (Nybakken, 1988).
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (
Salmin, 2000 ).















BAB III
METODOLOGI

3.1              Alat dan bahan
Alat


·         Gelas ukur 50 ml
·         Gelas ukur 100 ml
·         Gelas ukur 50 ml
·         Pipet tetes
·         Pipet volume 5 ml
·         Pipet volume 10 ml
·         Lampu spritus
·         Tabung reaksi + rak
·         Batang pengaduk
·         Corong kaca
·         Penjepit tabung reaksi
·         Erlenmeyer
·         Kompor listrik/gas
·         Buret dan statif
·         Corong
·         Neraca analitik
·         Botol semprot
·         Thermometer


Bahan


·         KMnO4
·         Aquades
·         H2SO4
·         Kertas lakmus merah
·         Asam oksalat



3.2              Cara kerja
3.2.1    Suhu / temperatur
1.      Menyiapkan sampel ( membuka tutup botol sampel )
2.      Mencelupkan alat pengukur suhu kedalam sampel, pastikan tangan tidak bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
3.      Membaca angka yang tertera pada alat tersebut.
3.2.2    Zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi
1.      Mengambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan tuangkan kedalam gelas piala dan panaskan.
2.      Memperhatikan, apakah sampel menjadi keruh ataukah ada yang mengendap!
3.      Jika sampel menjadi keruh berada ada zat padat terlarut, sedangkan jika terjadi endapan berarti sampel mengandung zat padat tersuspensi.

3.2.3    Warna
1.      Mengambil sampel kedalam tabung reaksi sebanyak ± ¾ dari volume tabung reaksi.
2.      Membandingkan warnanya dengan larutan standar yang telah disediakan.
3.2.4    DO ( Disolve Oxygen )
1.      Memasukkan 100 ml sampel ke dalam gelas piala yang bervolume 100 ml.
2.      Mencelupkan O2 meter ke dalam sampel.
3.      Menekan mode untuk mendapatkan nilai DO.
4.      Angka yang tertera pada O2 meter menunjukkan konsentrasi oksigen yang dikandung sampel.
3.2.5    Amoniak (NH3)
1.      Memasukkan 10-15 ml sampel kedalam tabung reaksi.
2.      Melipatkan kertas lakmus merah dimulut tabung reaksi.
3.      Memanaskan diatas lampu spritus.
4.      Mengamati sampel, apakah tercium bau tengik atau tidak.
5.      Sampel mengandung amoniak jika tercium bau tengik atau lakmus merah berubah warna biru













BAB IV
HASIL PENGAMATAN
No
Parameter
Hasil pengamatan
Air sumur
Air limbah
1
Suhu
31,5
30
2
Zat padat terlarut
Tidak ada
Ada zat terlarut
3
Zat padat tersuspensi
Tidak ada
Ada zat tersuspensi
4
Warna
Bening
Kekuning – kuningan
5
DO
-
-
6
Amoniak
Tidak ada
Mengandung amoniak
7
COD
Volume KMnO4 selama pemanasan (ml)
Volume KMnO4 titrasi I
Volume KMnO4 titrasi II
Volume KMnO4 selama pemanasan (ml)
Volume KMnO4 titrasi I
Volume KMnO4  titrasi II
Ulangan I
10
10
2
10
20
5
Ulangan II
















BAB V
PEMBAHASAN
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Pada percobaan ini yaitu Analisis Kualitas Air yang bertujuan agar mahasiswa mampu menguji atau menganalisis sifat fisika dan sifat kimia air secara kualitatif dan kuantatif.. Pada percobaan ini praktikan menggunakan alat dan bahan yang disarankan oleh buku panduan praktikum. Alat yang digunakan oleh praktikan adalah botol semprot, gelas piala 100 ml, gelas ukur 50 ml dan 100 ml, pipet tetes, erlenmeyer 250 ml, tabung reaksi + rak, penjepit tabung reaksi, pipet volume 5 ml dan 10 ml, corong kaca, buret + statis, neraca analitik, batang pengaduk kaca, termometer, lampu spritus serta kompor listrik / gas sedangkan bahan yang digunakan praktikan adalah KMnO4, aquades, H2SO4, kertas lakmus merah serta asam oksalat. Pada praktikum ini, praktikan melakukan lima percobaan yang dikerjakan berdasarkan kelompok yang telah dibagikan dan pada percobaan keempat yaitu DO ( disolve oxygen ) tidak dapat dilakukan karena alat yang digunakan dalam pengujian sangat rentan terhadap kesalahan yang berujung pada kerusakan. Hal ini membuat dosen pembimbing tidak melakukan pengujian ini sehingga praktikan hanya melakukan empat percobaan.
Pada percobaan pertama yaitu pengukuran suhu pada kedua sampel yang telah disediakan oleh praktikan. Praktikan menyiapkan kedua sampel dengan membuka tutup botol sampel yang kemudian mencelupkan alat pengukur suhu kedalam kedua sampel sampel dengan memastikan tangan tidak bersentuhan dengan alat pengukur suhu. Hasil pengukuran suhu yang didapat adalah pada air sumur didapat suhu sebesar 31,5 °C sedangkan suhu pada air limbah sebesar 30 °C.
Pada percobaan kedua yaitu pengukuran zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi. Praktikan mengambil kedua sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan menuangkannya kedalam gelas piala yang kemudian dipanaskan. Setelah dilakukan pemanasan maka praktikan memperhatikan kedua sampel sehimgga hasil yang didapat adalah pada air sumur tidak ditemukan zat padat terlarut sedangkan pada air limbah ditemukan zat padat yang terlarut.
Pada percobaan ketiga yaitu pengamatan warna pada kedua sampel. Praktikan mengambil kedua sampel kedalam tabung reaksi sebanyak ± ¾ dari volume tabung reaksi dan hasil pengamatan yang didapat adalah pada air sumur ditemukan warna bening sedangkan pada air limbah ditemukan warna kekuning-kuningan.  
Pada percobaan keempat yaitu pengamatan amoniak pada kedua sampel. Praktikan memasukkan 10-15 ml sampel kedalam tabung reaksi dan melipatkan kertas lakmus merah yang disediakan di mulut tabung reaksi. Setelah pelipatan lakmus merah pada mulut tabung reaksi dilakukan maka praktikan memanaskan diatas lampu spritus dan pengamatan yang didapat adalah pada air limbah ditemukannya perubahan warna pada lakmus merah menjadi warna biru dari hasil pengamatan itu dapat disimpulkan bahwa pada air sumur tidak mengandung amoniak sedangkan pada air limbah mengandung amoniak.
Pada percobaan yang tidak dilakukan yaitu percobaan COD ( disolve oxygen ), dosen pembimbing memberikan peritungan atau angka-angka yang didapat dari hasil pengujian ini sebelumnya. Hasil yang didapat dari informasi yang diberikan dosen pembimbing adalah pada air sumur : volume KMnO4 selama pemanasan sebesar 10 ml, volume KMnO4 pada titrasi pertama sebesar 10 ml, volume KMnO4 ­pada titrasi kedua sebesar 2 ml sedangkan pada air limbah didapat hasil : volume KMnO4 selama pemanasan sebesar 10 ml, volume KMnO4 pada titrasi pertama sebesar 20 ml, volume KMnO4 ­pada titrasi kedua sebesar 5 ml.










BAB VI
PENUTUP
6.1              Kesimpulan
Sifat fisika air yang dapat ditemukan pada percobaan yang di lakukan adalah suhu air dalam derajat panas yang dinyatakan dalam satuan derajat celcius. Warna adalah warna nyata dari air yang disebabkan oleh adanya ion metal ( besi dan mangan ) humus, plankton, tumbuhan dan limbah industri. Yang dimaksud dengan warna adalah warna nyata yang kekeruhannya telah dihilangkan  sedangkan yang dimaksud dengan warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan zat-zat terlarut dalam air akan tetapi juga zat tersuspensi yang dinyatakan dalam satuan warna skala PtCO. Kekeruhan adalah sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsorsi dan terbias dan dihitung dalam satuan mg/L SiO2. Sifat kimia air adalah air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O yang terdiri dari satu molekul air tersusun atas dua aom hidrogen yang terkait secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar yaitu pada tekanan 100nKPa ( 1 bar ) dan temperatur 273,15 K. Air sering disbut sebagai pelarut universal karena air dapat melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di standar. Dalam bentuk ion, air dapat di deskripsikan sebagai sebuag hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-)

6.2              Saran
Saran Saya pada praktikum yang telah dilaksanakan ialah hendaknya pihak laboratorium memaksimalkan segala bahan-bahan yang diperlukan praktikan dalam praktikum, sehingga semua percobaan yang disarankan oleh buku panduan praktikum dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.




DAFTAR PUSTAKA
Welch. 1952Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Widjanarko. 2005. Tingkat Kesuburan Perairan. Surabaya : Gremedia.
Barus. 2003. Pengantar Limnologi. Medan : FMIPA USU.
Salmin. 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton. Pekanbaru : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Sihotang. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Pekanbaru : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Fajri. 2013. Penuntun Praktikum dan Lembar Kerja Praktikum Ekologi Perairan. Pekanbaru : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar